Friday, December 11, 2009

don't think twice to read it,

Kawan, kupunya cerita. Mau mendengarnya? Apa?! nggak mau?! Biar kupaksa kau agar dengar baikbaik ceritaku. Denger ya…;-)

Sore hari, saat langit telah berganti warna menjadi kelabu sedikit kehitaman—maghrib menjelang. Aku belum juga beranjak untuk membersihkan diri dan segera bersungkur kepadaNya. Entah kenapa, hari itu penuh kemalasan. Adzan maghrib sudah berlalu 15 menit yang lalu. Masih belum juga beranjak. Malah asik nonton TeVe. Hingga waktu menunjukkan pukul enam, alias Jakarta dan sekitarnya waktunya mengumandangkan adzannya. Dan tiba-tiba saja remot TeVe yang kupegang menekan chanel Metro Tv. Dan…terdengarlah seruan untuk sembahyang. dan kau tau kawan apa yang sedang aku lihat (baca) dalam kalimat-kalimat adzan itu?.

Aku gemetar, hatiku merinding, mataku mulai pedas dan tak sanggup lagi menahan bendungan air mataku. Dan…akhirnya jatuh juga. Aku lemas. Dudukku yang semula berantakan, kemudian sedikit tertata sedikit rapi. Dan segera ber-thoharoh….,
Kawan, hanya ingin berbagi sedikit saja denganmu, tentang sebuah renungan kecil dariku. Renungan tentang suara indah dunia. Suara indah alam untuk keaguanganNya. Suara panggilan dari tuhan . Suara yang biasa mengalun di siang, di sore, di malam dan waktu subuh menjelang. Suara itu biasa kita sebut adzan. Seruan hati yang setiap hari kita dengar lima kali dalam waktu duapuluhempat jam.

Bacalah rentetan waktu berkumandangannya suara adzan di planet bumi ini. Mengagumkan. Don’t think twice to read,,,

Bacalah dengan hatimu. Dengan hatimu. Dengan hatimu,sekali lagi.

Sungguh menakjubkan seperti suaraNya, dan nyata bagi umat muslim di seluruh dunia. Jika melihat pada peta dunia, kita akan menemukan bahwa Indonesia terletak di bagian Timur dari bumi. Pulau-pulau besar di Indonesia adalah Jawa, Sumatera, Kalimantan atau Borneo, dan Sulawesi atau Selebes.

Segera setelah waktu fajar tiba, pada bagian Timur dari Sulawesi, sekitar jam 05.30 waktu setempat, adzan Subuh berkumandang, ribuan muadzin mengumandangkan adzan. Proses ini berlanjut sampai ke bagian barat Indonesia.

Satu setengah jam kemudian setelah adzan di Sulawesi selesai, adzan mulai di Jakarta, kemudian Sumatera dan sebelum proses suara menyenangkan itu berakhir di Indonesia, adzan mulai berkumandang di Malaysia. Kemudian di Burma sekitar 1 jam setelah Jakarta mulai adzan, kemudian berlanjut ke Dakka, ibukota Bangladesh.
Setelah Bangladesh, berlanjut ke bagian barat India, dari Calcuta sampai ke Bombay dan seluruh India bergema oleh suara ‘proklamasi’ ini.

Srinagar dan Sialkot, sebuah kota di bagian utara Pakistan memiliki waktu adzan yang sama. Perbedaan waktu antara Sialkot, Quetta dan Karachi adalah 40 menit dan dalam periode waktu tersebut adzan Subuh terdengar di seluruh Pakistan.

Sebelum selesai di Pakistan, adzan mulai di Afganistan dan Muscat. Perbedaan waktu antara Muscat dan Baghdad adalah 1 jam. Adzan berkumandang di Hijaaz al Muqaddas yang terdapat dua kota suci Mekkah dan Madinah, kemudian Yaman, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak. Perbedaan waktu antara Bagdad dan Alexandria di Mesir adalah 1 jam.
Kemudian adzan berlanjut ke Syiria, Mesir, Somalia, dan Sudan. Perbedaan waktu antara barat dan timur Turki adalah satu setengah jam.

Alexandria dan Tripoli, ibukota Libia memiliki perbedaan waktu 1 jam. Proses panggilan adzan berlanjut ke seluruh Afrika. Sehingga suara proklamasi dari Tauhid dan Risalah Nabi yang telah dimulai dari Indonesia hingga akhirnya mencapai Pantai Timur dari Samudera Atlantik memakan waktu 9 setengah jam.

Sebelum adzan Subuh mencapai Samudera Atlantik, adzan Zuhur telah dimulai di bagian timur Indonesia, dan sebelum sampai di Dacca Bangladesh, adzan Ashar telah dimulai.
Setelah mencapai Jakarta dalam waktu satu setengah jam kemudian waktu maghrib sampai di Sulawesi. Saat mudzin di Indonesia mengumandangkan adzan Subuh, muadzin di Afrika mengumandangkan adzan Isya.

Jika kita mempertimbangkan fenomena ini secara keseluruhan, kita dapat menyimpulkan suatu fakta yang menakjubkan, yaitu tidak ada sedetikpun waktu terlewat di dunia ini tanpa suara adzan dari muadzin di muka Bumi ini. Bahkan saat Anda membaca posting ini sekarang, yakinlah bahwa sedikitnya ada ribuan orang yang sedang mengumandangkan dan mendengarkan adzan.

Adzan itu terus berkumandang di muka Bumi dan langit ini selama-lamanya dan tiada henti-hentinya sedikitpun bersahut-sahutan selama 24 jam dalam sehari selama seminggu penuh, selama sebulan, sepanjang tahun, sampai hari akhir nanti Insya Allah, Subhanallah ….

Semoga kita juga tetap menyebut nama Allah selama kita masih bernafas. (sumber metro tv)

Amin.

Apa? Apakah aku tidak salah dengar kau berucap amin juga? Kata pak Mario Teguh, ucapkan amin dengan hatimu saat ucapan,harapan dan doa-doa kebaikan sedang kita dengar.

Jika hatimu belum “berkutik”, setelah membaca renungan ini cobalah baca sekali lagi. Jika belum juga, segeralah mandi…hehe, mungkin ilmu kecil ini sedang tak mau mendekatimu. jika belum juga, wahwah…bahaya tuh! Mungkin karena seringnya kita mendengar seruan itu, terlihat tak ada yang istimewa. Dari kecil, saat diri terlahir kedunia, telinga mungil kita sudah dikumandangkan adzan. Orangtua berkata, agar kita mengenal siapa pencipta kita sejak dini. Saat kembali menghadapNya pun, adzan indah berkumandang disetiap sisi ruang lahat yang akan kita tinggali sementara, hingga ditiupnya sangkakala oleh Mikail AS, pertanda kiamat.

Jika kau punya waktu luangkanlah sejenak atau dengan sengaja memberi kesempatan diri untuk mendengar, menjawab, membaca, dan merenungi setiap deretan kalimat penuh semantik itu di metro tv. Mungkin ilustrasi (sebuah globe dunia) yang menyelingi adzan maghrib berkumandang, membuatmu dinding hatimu sedikit “bergetar” karena KebesaranNya.

Tabik,nurul.