Thursday, April 29, 2010

Sang pelangi itu, LINTAR



laki-laki kecil itu
aku memang tak mengenalmu boy,
laki-laki kecil itu
aku memang tak punya hubungan darah dengan mu dek,
laki-laki kecil itu
bukan siapa-siapaku memang,
laki-laki kecil itu
anakmu yang membanggakan ibu
Laki-laki kecil itu
Kudengar
Lintar
Lintar,

Oo .. kini kutahu namamu
Itu yang sering kudengar dari ribuan mata yang mengamatimu dibawah panggung pertunjukan
Kau tau tak hanya itu, Jutaan bola mata terpaku melihat tingkah polamu di layar kaca, bernyanyi merdu
Tak terkecuali akupun terpana oleh suara emasmu,
suara hati laki-laki kecil yang membuatku belajar satu hal
tentang hidup anak manusia,
manusia itu lintar,

Kau tau Lintar,
Saat kau nyanyikan lagu untuk almarhum ayahmu
Lagu yang kau ciptakan sendiri kabarnya
Seperti ada sesuatu yang menyadarkanku, sadar akan KUASA yang MAHA
Kau adalah Kuasanya
Lewat kisah hidupmu, Tuhan ingin aku belajar sesuatu—sesuatu tentang “makna” hidup
Mungkin tak hanya aku, mereka juga
Laki-laki kecil itu
Lintar namanya
Di usia sekecil itu
Kau tunjukkan ketegaran
Kau tunjukan senyum pelangi di sudut bibir ibumu Dan adek-adekmu yang mungkin telah lama hilang
Kau lah pelangi itu dek,
Yang akan merubah warna langit mendung di hati orang-orang yang kau cintai
Lintar sang pelangi,
warna indahmu menyebarkan keindahan terdalam di sudut hati kecil seorang bunda

Sang Pelangi hati,
Tak lain adalah Kau, Lintar laki-laki kecil.

sekapur sirih,

… Tuhan. Maha Suci Engkau. Segala puji bagiMU seru ku dan alam jagat raya ini. Jika kau berkata “Aku ciptakanmu (makhluk dibumi ini) tak pernah sia-sia…”. Kali ini aku benar-benar tak memungkiri itu. Tak perlu aku pertanyakan lagi firman Mu itu. Tak perlu debat panjang, akan kebenaran itu. Yakinku akan kebenaran itu sudah meluber dari batas keyakinan itu sendiri. Tuhan, Kau benar-benar tunjukkan kuasamu tiap detiknya. Tanpa celah apapun dan tak pernah terlewatkan sedikitpun oleh kebohongan belaka. Hanya aku (manusia) yang kurang menyadari dan kurang mencoba selalu menyadari kejadian tiap detiknya, adalah kehendakMu. Aku (Manusia) terlalu asyik dengan kelalaian. Lalai akan campur tanganMu dalam tiap detik detakan jantungku (manusia). Kali ini Kau ajarkan ketegaran hidup dari seorang laki-laki kecil bernama Lintar. Aku baru tau dia tak punya seorang ayah. Yang kutahu tentang nya sedikit sekali. Tentang hidup dia, ibu dan ketiga adik-adiknya. Di tengah-tengah kehidupan masa kecilnya, masa indah bersama sang ayah, Kau—Tuhan, matikan tombol keindahan itu. Yang mungkin baginya Engkau tak punya hati. Sang ayah, Kau panggil menghadapMu. Hidup seperti berhenti. Berhenti. Berhenti tersenyum dipagi hari. Berhenti untuk bernyanyi. Nyanyian indah tentang hidup. Tapi di saat berhenti itulah Kau ingin tunjukkan KuasaMu. Lagi, agar manusia belajar dan selalu bersyukur. Ditinggal sang pelita hati—ayah, disinilah babak baru dalam proses hidup yang dialami Lintar dan keluarganya. Cerita baru yang akan dirangkai lintar. Cerita baru yang akan membawanya menjadi sang idola cilik. Sungguh benar apa yang ditulis Andrea Hirata dalam laskar pelanginya bahwa, seseorang yang berbakat akan “menjadi” jika ia ditemukan oleh para benar-benar pencari bakat yang berhati. Tak lain, RCTI lah—dengan acara pencari bakat cilik, Idola cilik. Dibalik visi-misi televisi pemerolehan “rating tinggi”, semoga ada visi misi dari hati, walau itu hanya setitik. Dari acara yang dibuat oleh para kreator-kreator jenius itu, semoga semua dapat mengambil pelajaran hidup dari setiap peserta idola cilik. Tidak ada “exploitasi “ apapun bentuknya disetiap para peserta. Baik cerita tentang, kemiskinan, penderitaan, perceraian, ditinggal ayah, anak tiri, singkatnya exploitasi besar-besaran mengenai“potret hidup” sang idola. Dibalik itu semua Engkaulah Pencari Bakat yang Sempurna itu Tuhan. Engkau yang memberi bakat itu, dan engkau pulalah yang akan membesarkan bakat itu. Aku suka “gaya” Mu—Tuhan. Maka sempurnakanlah perjalanan hidup Lintar Tuhan. Harapku.



Sepenggal lirik Lintar untuk sang Ayah; nyawa hidupku
Di tengah sunyinya gelapnya malam yang menemaniku
kurasakan rinduku padamu,
bintang-bintang malam tersenyum padaku,
tertawa padaku melihat sikapku rindukanmu,
ingin ku berlari menembus sang waktu,
untuk dapatkanmu, memeluk dirimu selalu,
sungguh ku tak bisa berpisah denganmu walaupun sedetik, karena ku begitu mencitaimu.
Cinta dalam hatiku hanyalah untuk dirimu
takkan terganti dihatiku selamanya, tak mungkin bisa kuhidup tanpa kasih sayangmu,
separuh jiwaku tlah dihatiku.


Oh Lintar, kau memang punya bakat menakjubkan boy. Bakat yang sengaja Tuhan torehkan di dirimu. Bakat yang akan mengukir sejarah. Usiamu yang sekecil itu, sudah tunjukkan keluarbiasaan. Lagi lagi tangan Tuhan lah yang selalu ikut andil dalam perjalanan mengasah bakat menyanyi Lintar. Laki-laki kecil itu bermain apik di babak barunya. Grafiknya selalu naik. Lintar, laki-laki kecil itu sedang merangkai kembali puzzle-puzzle senyum yang telah direnggut. Dan kini ” Sang Perenggut” pulalah yang menyinarkan kembali cahaya senyum indah di langkah-langkahnya. Kau tau Lintar, tak hanya caramu bernyanyi, tapi kisah hidupmu kan menjadi idola “panutan” bagi para pengidola mu. Sang Pelangi, ciptaan Tuhan yang Maha segala Maha. Tetaplah menebar senyum pelangi dalam hidupmu boy...

Dan, Aku akan terus belajar Tuhan melalui Lintar lintar yang lain.



cheers, nurul.