Wednesday, August 10, 2011

Sepotong cerita tadi malam




Wajahnya mengisyaratkan kebebasan. Tapi tetap dengan kantung mata yang sedikit membesar, seperti belum sepenuhnya bebas. Pucat, tapi tak sakit sebenarnya. Ia tak ambil pusing dengan penampilannya tadi malam. Seperti biasa, tanpa make up. Berkaos hitam, berbalut jeans buluk. Dan entah sudah berapa hari tak dicucinya. Saya menyebutnya “preman kampus”. Hahahaa....(bercanda;-)

Nduk, saya menyebut si preman kampus itu, alias niken dalam kesehariannya.
Malam itu, ia dan kawan-kawan punya gawe besar. Merayakan sebuah kelahiran. Kelahiran bayi yang sudah 5 tahun dalam kandungan. Malam itu pecahlah sudah.

1800 detik jauh sebelum itu.

Lewat sebuah pesan singkat, ia memberitahukan sesuatu tentang kelahiran itu.
Memutar memori:cover2sas dan ideas
yang smpat terdokumentasi brderet
mwarnai dinding ruang tamu ideas.
Hari ini, brtambah lgi
satu wajah sampul ideas.
Kamipun ingin memutar memori,
brtemu dg wajah2 yang smpat
kami kenal jauh sblum itu.

Launching Tabloid
Mahasiswa IDEAS,
Edisi XIII,thn
2011. “Kriminal Bukan Sampah”
Aula fak.Sastra. Jam 18.00
Pemateri:-erdi setiaji, dosen psiko unmuh
-wachid sugiono, kpla kplp lapas kls IIa jbr

Matur tenkyu, terima kasih atas dukunganx.
(ini und bkn curhat;)-)

Detik itu juga, hati saya seperti tersiram air hujan. Terharu. Menyejukkan skaligus merinding bacanya. Kalimat-kalimat itu khas sekali, anak ideas. Kangen. Sayapun membalas,
Turut berduka, eh bersuka. Sudah lama sekali
Tak menerima good news sperti ini. Selamat atas
Kelahiran bayi kalian;-). Thn dpn pux baby lagi ya,hehee..

Ah, ahirnya kalian menerbitkannya.
You are still alive.

27 juli 20011. 19.00 Wib.
Saya membaca Salam Redaksi yang tertulis di tabloid edisi ini, sesaat setelah mengisi daftar undangan di dpn pintu aula.
Saya kutip beberapa paragrap.

Hard to say i’m sorry...
Januari 2010. Sedikit bocoran, kawan, itulah untuk pertama kalinya setelah menghabiskan waktu dan tenaga untuk reformasi kepengurusan, sisa-sisa awak kapal ideas berkumpul dan membincangkan Tabloid Ideas edisi XVIII. Kami menyebutnya rared, rapat redaksi, yang pertama. Kemudian 18 bulan setelahnya tabloid yang kami bincangkan saat itu, sebendel kertas yang terlalu lama hidup dalam ide kami itu (pada akhirnya...) sampai juga di hadapan anda. Maka sekarang, silakan!mungkin anda ingin tertawa atau bahkan mengumpat. Kami sudah tertawa dan mengumpat sebelum anda. Meski kami sendiri tak yakin akan makna tawa itu.

Atau mungkin ada yang berbaik hati menyimpan rasa simpatik, sambil garuk-garuk kepala bertanya keheranan: apa saja sih yang kami perbuat selama itu?
Tapi sepertinya kami tak akan membahas itu disini.
Tak ada pembelaan, penyangkalan atau apologi dari kami atas keterlambatan terbitnya tabloid ideas selama lebih dari satu periode kepengurusan, ditambah dengan 5 tahun kekosongan terhitung sejak Desember 2007, tahun dimana ideas masih sempat menerbitkan tabloid edisi ke XVIII.

Bukan karena kami merasa benar dan menganggap keterlambatan itu wajar, tapi tidakkah kita bosan dengan keterlambatan yang terus berulang dan (oleh karena itu) apologi pun melulu diucapkan, seakan semua tuntas hanya dengan satu kata maaf. Maka sudah ya, biarkan dia menjadi topik kita di warung-warung kopi saja, mungkin sambil mendengarkan musik dari Chicago.
...
Saya dan mb.shobib pun ikutan ngakak, tapi tak berani mengumpat!takut;-P


Musik akustik “rumah perempuan” terdengar , tepat saat saya dan kawan2 yang lain sudah memasuki aula. beberapa menit kemudian acara memasuki diskusi inti, Laput ideas 2011 yang menjadi headline besar. Seperti yang ia tulis dalam undangan smsnya, Launching Tabloid Mahasiswa IDEAS, Edisi XIII,thn 2011. “Kriminal Bukan Sampah”.

Kriminal Bukan Sampah, headline dalam cover tabloid edisi thn ini. Ketika disinggung oleh salah satu penanya, kenapa kalian (pers sastra) mengangkat tema ini sebagai laput. Bukankah ini adalah lahan dari anak pers hukum atau fisip paling tidak. Karena headline ini pasti akan berjibaku dengan hukum-hukum, aturan2, undang-undang yang tidak sama sekali ada hubungannya dengan sastra. Menurut si penanya, sastra itu mengkaji puisi, karya sastra atau yang berkaitan dengannya.

Pikir saya waktu itu, ah maklum saja si penanya bukan anak sastra. Kalau ia menganggap tema itu bukan ruang lingkup sastra. Wajar saja.

Tapi saya senang ia bertanya demikian. Karena akan memaksa niken dkk, untuk bercerita behind the story nya.

Sederhana sekali, jawaban niken. “ ide ini berawal dari sebuah tulisan “coretan bangku”, yang mana kita ketahui, bangku-bangku kuliah(kursi-kursi) di sastra masih menggunakan bangku kayu. sewaktu saya kuliah, tak sengaja membaca tulisan dalam bangku: “ Sastra: Memanusiakan Manusia”. Jadi kami ingin mengangkat sisi humanisme nya, bahwa kriminal bukan sampah masyarakat, tapi mereka justru bagian dari masyarakat itu sendiri.

Niken, wajahnya sumringah. Entah apa yang ia rasa malam itu.

Sepertinya ia harus berterima kasih kepada penulis coretan di bangku itu. Kalimat yang tidak asing bagi anak2 sastra sebenarnya. tapi bisa menjadi Inspirasi. Coretan bangku?!! “Semua” berasal dari coretan itu. Yah, walaupun tidak semua, paling gak secuil kalimat itu jadi sebuah gerakan atau harapan dalam penyelesaian ideas.

Saya teringat iwan fals dengan nyanyian falsnya yang berjudul “ coretan dinding”

Coretan di dinding membuat resah
Resah hati pencoret mungkin ingin tampil
Tapi lebih resah pembaca coretannya
Sebab coretan dinding, adalah pemberontakan
Kucing hitam yang terpojok di tiap tempat sampah

Ditiap kota cakarnya siap dengan kuku2 tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
yang mengganggap remeh coretan dinding kota

Coretan dinding terpojok ditempat sampah
Kucing hitam dan penindas sama-sama resah
Coretan dinding terpojok ditempat sampah
Kucing hitam dan penindas sama-sama resah

Entahlah, tapi saya tidak tahu apakah si pencoret versi inspirasi niken ini sedang mengalami keresahan atau sedang ingin eksis? Atau bisa jadi dia benar-benar resah tentang sastra—khususnya laku warga sastranya/fak.sastra, saat ini yang tak semakna dengan kalimat yang ia tulis?!!atau pikirnya manusia semakin saja tidak peduli dengan peri kemanusiaannya?? Entahlah!!!! Hanya si pencoret yang tahu.

Meski beda makna dengan nyanyian fals iwan, tapi yang jelas coretan bangkunya membuat si pembaca coretannya (niken) lebih resah, membawanya sebagai perenungan kecil paling tidak. Niken, Seperti kucing hitam yang menganggap coretan bangku itu adalah sebuah “pemberontakan/gerakan”, yang menyentil sisi kemanusian kita yang sudah keterlaluan. Ia mengingatkan kita.

Keresahan itu membawa berkah ternyata,haha...

Itu sepotong cerita tadi malam.





Selamat sekali lagi buat kalian dan bayinya;-)
28.07.11



cheers;)lagi!