Tuesday, January 17, 2012

Jatuh Cinta Pada Anies Baswedan



Doa sebelum tidur:

Perkenankanlah saya marah kepada keadaan ini,

tapi hentikanlah bila saya marah kepada tanah air yang hanya ini.*@gm_gm



Saya pernah menulis “mungkin tuhan telah mengutuk kaum muda untuk selalu merasa galau/gelisah”. Galau sama dengan anak muda. Galau = kaum muda.

Galau akan jati diri, galau akan masa depan, galau akan pendidikan, galau akan pekerjaan, gelisah akan tanah air, galau tentang hidup.

Dua-tiga tahun terakhir ini saya punya idola baru. Tokoh muda yang saya kagumi di negeri ini. Tokoh muda itu adalah Anies Baswedan. Awalnya, karena wajah beliau sering kali menghiasi televisi sebagai narasumber sebuah talk show atau acara-acara sejenisnya, entah kenapa saya ada “hati” dengan orang ini. Dan Entah kenapa, setiap kali mendengar beliau memberikan tanggapan, komentar, atau analisa tentang kebangsaan dan Indonesia selalu membangkitkan rasa Nasionalisme saya. Maka beruntunglah saya, karena hidup di zaman saat ini, dimana pak Anies Baswedan menjadi salah satu tokoh muda yang menginspirasi.

Dan yang membuat saya makin “jatuh cinta” kepada pak Anies adalah saat beliau menggagas sebuah program “Indonesia Mengajar”. Meski saya tak pernah bertemu secara langsung dengan beliau, saya merasa energi keprihatinan untuk perubahan Indonesia yang beliau sedang dan akan terus tularkan pada anak-anak muda Indonesia benar-benar menjelma dalam diri saya. Maka terimakasih saya pada perkembangan jejaring sosial yang mempermudah “hubungan” kami. Yaah...memang sih, meski saya follower beliau, selama ini tak ada komunikasi atau bahkan mention yang saya tulis buat beliau. Saya sudah merasa cukup “kenal” dengan beliau melalui membaca kicau-kicauannya saja. Sampai detik ini saya belum pernah berkomunikasi dengan beliau. Tapi saya merasa beliau “sering sekali” mengobrol dengan saya. Salah satu “percakapan” beliau yang membuat air mata menggenangi kedua pelupuk mata saya seketika itu juga adalah melalui tulisan yang berjudul : Surat untuk Anak-anak Muda Indonesia

Dibawah ini adalah surat beliau. Meski hanya melalui tulisan beliau sudah menyentuh hal yang paling berharga yang saya miliki sebagai manusia: hati. Saya sengaja menyadurnya kembali, untuk dokumentasi ingatan saya.

Surat untuk anak-anak muda Indonesia.*

Saya menulis khusus pada Anda dengan sebuah keyakinan bahwa kita bersama bisa saling dukung demi kemajuan republik dan bangsa kita. Saya yakin karena sejarah sudah membuktikan bahwa republik ini berdiri, tumbuh, berkembang, dan maju seperti sekarang karena ditopang oleh anak-anak muda yang tecerdaskan, tangguh, dan energik seperti Anda.

Hari ini kondisi kita jauh lebih maju daripada saat kita menyatakan merdeka. Saat republik berdiri, angka buta huruf adalah 95%. Saya membayangkan betapa beratnya beban para pemimpin republik muda di waktu itu. Mereka harus menggerakkan kemajuan dari nol, dari nol besar. Puluhan juta rakyatnya sanggup berjuang dalam revolusi kemerdekaan, tapi tidak sanggup menuliskan namanya sendiri.

Hari ini melalui kerja kolektif seluruh bangsa, kita berhasil memutarbalikkan hingga tinggal 8% yang buta huruf. Tidak banyak bangsa besar di dunia yang dalam waktu 60 tahun bisa berubah sedrastis ini.

Itu prestasi kolosal, dan kita boleh bangga. Tapi daftar masalah yang belum terselesaikan masih panjang. Melek huruf adalah langkah awal. Langkah berikutnya adalah akses yang merata, akses untuk setiap anak pada pendidikan berkualitas. Pendidikan berkualitas adalah kunci mengkonversi dari kemiskinan dan keterbelakangan menjadi kemajuan, menjadi bangsa yang cerdas, adil, dan makmur.

Garda terdepan dalam soal pendidikan ini adalah guru. Di balik kompleksitas perdebatan yang rumit dan panjang soal sistem pendidikan, soal kurikulum, soal ujian, dan semacamnya, berdiri para guru. Mereka bersahaja, berdiri di depan anak didiknya; mereka mendidik, merangsang, dan menginspirasi.

Dalam himpitan tekanan ekonomi, mereka hadir di hati anak-anak Indonesia. Hati mereka bergetar setiap melihat anak-anak itu menjadi orang di kemudian hari. Setiap ucapan terimakasih adalah tanda atas pahala guru-guru ini. Mereka adalah profesi terpercaya, pada pundak guru-guru ini kita titipkan persiapan masa depan republik ini.

Hari ini kita berhadapan dengan masalah: variasi kualitas guru dan distribusi guru. Menghadapi masalah ini kita bisa berkeluh kesah, menyalahkan negara dan menuding pemerintah. Atau kita gulungkan lengan baju dan berbuat sesuatu.

Saya mengajak kita semua untuk turun tangan. Libatkan diri kita untuk mempersiapkan masa depan republik. Untuk kita, untuk masa depan anak-anak kita, dan untuk melunasi janji kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa.

Saat ini saya dan banyak kawan seide sedang mengembangkan program Indonesia Mengajar, yaitu sebuah inisiatif dengan misi ganda: pertama, mengisi kekurangan guru berkualitas di Sekolah Dasar, khususnya di daerah terpencil; dan kedua menyiapkan lulusan perguruan tinggi untuk jadi pemimpin masa depan yang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kedekatan dengan rakyat kecil di pelosok negeri.

Kami mengundang putra-putri terbaik republik ini untuk menjadi Pengajar Muda, menjadi guru SD selama satu tahun. Satu tahun berada di tengah-tengah rakyat di pelosok negeri, di tengah anak-anak bangsa yang kelak akan meneruskan sejarah republik ini.

Satu tahun berada bersama anak-anak di dekat keindahan alam, di pesisir pulau-pulau kecil, di puncak-puncak pegunungan dan di lembah-lembah hijau yang membentang sepanjang khatulistiwa. Saya yakin pengalaman satu tahun ini akan menjadi bagian dari sejarah hidup yang tidak mungkin bisa Anda lupakan: desa terpencil dan anak-anak didik itu akan selalu menjadi bagian dari diri Anda.

Di desa-desa terpencil itu para Pengajar Muda akan menorehkan jejak, menitipkan pahala; bagi para siswa SD di sana, alas kaki bisa jadi tidak ada, baju bisa jadi kumal dan ala kadarnya tapi mata mereka bisa berbinar karena kehadiran Anda.

Anda hadir memberikan harapan. Anda hadir mendekatkan jarak mereka dengan pusat kemajuan. Anda hadir membuat anak-anak SD di pelosok negeri memiliki mimpi. Anda hadir membuat para orang-tua di desa-desa terpencil ingin memiliki anak yang terdidik seperti anda.

Ya, ketertinggalan adalah baju mereka sekarang, tapi Anda hadir merangsang mereka untuk punya cita-cita, punya mimpi. Mimpi adalah energi mereka untuk meraih baju baru di masa depan. Kemajuan dan kemandirian adalah baju anak-anak di masa depan. Anda hadir di sana, di desa mereka, Anda hadir membukakan pintu menuju masa depan yang jauh lebih baik.

Sebagai Pengajar Muda, Anda adalah role model, Anda menjadi sumber inspirasi. Kita semua yakin, mengajar itu adalah memberi inspirasi. Menggandakan semangat, menyebarkan harapan dan optimisme; hal-hal yang selama ini terlihat defisit di pelosok negeri ini.

Bukan hanya itu, selama satu tahun para Pengajar Muda ini sebenarnya akan belajar. Pengalaman berada di pelosok Indonesia, tinggal di rumah rakyat kebanyakan, berinteraksi dekat dengan rakyat. Menghadapi tantangan mulai dari sekolah yang minim fasilitas, desa tanpa listrik, masyarakat yang jauh dari informasi sampai dengan kemiskinan yang merata; itu semua adalah wahana tempaan, itu pengembangan diri yang luar biasa.

Anda dibenturkan dengan kenyataan republik ini. Anda ditantang untuk mengeluarkan seluruh potensi energi Anda untuk mendorong kemajuan. Satu tahun ini menjadi leadership training yang luar biasa. Sukses itu sering bukan karena berhasil meraih sesuatu, tetapi karena Anda berhasil menyelesaikan dan melampaui tantangan dan kesulitan. Setahun Anda berpeluang membekali diri sendiri dengan resep untuk sukses.

Apalagi, kita semua tahu bahwa: You are a leader only if you have follower. Keberhasilan Anda menjadi leader di hadapan anak-anak SD adalah pengalaman leadership yang kongkrit.

Biarkan anak-anak itu memiliki Anda, mencintai Anda, menyerap ilmu Anda, mengambil inspirasi dari Anda. Anda mengajar selama setahun, tapi kehadiran Anda dalam hidup mereka adalah seumur hidup, dampak positifnya seumur hidup.

Sesudah satu tahun menjadi Pengajar Muda, Anda bisa meniti karir di berbagai bidang. Anda memulai karir dengan bobot pengalaman dan nilai kepemimpinan yang luar biasa. Saya sering tekankan: your high GPA will get you a job interview, but your leadership gets you the bright future.

Setahun menjadi Pengajar Muda tidak akan membuat Anda terlambat dibandingkan kawan-kawan yang tidak menjadi Pengajar Muda. Perusahaan-perusahaan, institusi masyarakat, dan lembaga pemerintahan semua akan memandang Anda sebagai anak-anak muda yang cerdas, berpengalaman, kreatif, berkepemimpinan kuat, konstruktif, dan grounded. Mereka sangat mencari anak-anak muda seperti itu. Mereka akan membuka lebar pintunya bagi kehadiran Pengajar Muda.

Sejak awal bulan Juni 2010 Gerakan Indonesia Mengajar membuka peluang bagi bakat-bakat muda terbaik bangsa seperti Anda, dari berbagai disiplin ilmu dan dari dalam negeri maupun dari luar negeri, untuk menjadi Pengajar Muda.

Sarjana yang direkrut oleh Gerakan Indonesia Mengajar hanyalah best graduate, sarjana-sarjana terbaik: berprestasi akademik, berjiwa kepemimpinan, aktif bermasyarakat, kemampuan yang komunikasi baik.

Sebelum berangkat, Anda akan dibekali dengan pelatihan yang komplit sebagai bekal untuk mengajar, untuk hidup dan untuk berperan di pelosok negeri. Selama menjadi Pengajar Muda, Anda akan mendapatkan gaji yang memadai dan kompetitif dibandingkan kawan Anda yang bekerja di sektor swasta.

Anda akan dibekali dengan teknologi penunjang selama program dan jaringan yang luas untuk memilih karier sesudah selesai mengabdi sebagai Pengajar Muda. Selama menjadi Pengajar Muda, Anda tidak akan dibiarkan sendirian. Kami akan hadir dekat dengan Anda.

Seselesainya program ini, Anda meniti karier sebagai anak-anak terbaik bangsa. Dalam beberapa tahun ke depan, Anda menjadi garda terdepan Indonesia di era globalisasi baik di sektor swasta maupun publik. Kelak Anda menjadi pemimpin di bidang masing-masing dengan kompetensi kelas dunia dan ditopang pemahaman mendalam tentang bangsa sendiri.

One day you become world class leader, but grounded and strong roots in the heart of the nation. Suatu saat mungkin Anda menjadi CEO, menjadi guru besar, menjadi pejabat tinggi, atau yang lainnya, saat itu di posisi apa pun, Anda selalu bisa mengatakan bahwa “Saya pernah hidup di desa terpencil dan mengabdi untuk bangsa ini”; hari ini kita bisa dengan mudah menghitung berapa banyak kalangan sipil yang sanggup mengatakan kalimat itu.

Di atas segalanya, program ini menawarkan kesempatan untuk setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi anak bangsa. Setahun menempa diri, seumur hidup memancarkan gelora kepemimpinan.

Saya menggugah, sekaligus menantang Anda. Saya mengajak Anda untuk bergabung bersama Indonesia Mengajar. Menjadi bagian dari ikatan untuk membangun Indonesia kita.

***

Surat pak anies lah yang membuat saya yang meyakinkan apa yang saya yakini itu tak salah lagi. Jauh sebelum saya membaca surat ini, pikiran dan hati saya sedang di gelisahkan oleh arti diri saya untuk bangsa ini. Apa arti hidup saya untuk tanah air ini. Apa sumbangsih besar saya untuk negeri yang hanya ini. Negeri yang hanya satu-satunya membuat saya bangga untuk memilikinya.

Kegelisahan saya tentang apa guna diri buat orang lain, buat bangsa, agama dan negara. Seperti doa atau keinginan setiap orang tua kepada anak-anaknya kelak, agar menjadi anak yang berguna bagi bangsa, agama dan negara. Kegelisahan ini begitu sangat mengganggu saya, apalagi saat menjelang akhir kelulusan saya di perguruan tinggi. Anak muda seperti saya ini memang sedang butuh figur seperti beliau, Anies Baswedan.

Setelah membaca surat pak Anies, pikiran saya semakin menguat, kegelisahan saya berangsur menurun, hati saya semakin teguh pendirian bahwa saya akan segera melakukan sesuatu buat bangsa ini, meski kecil. Seperti tulisan terakhir yang pak anies tulis ” One day you become world class leader, but grounded and strong roots in the heart of the nation. Suatu saat mungkin Anda menjadi CEO, menjadi guru besar, menjadi pejabat tinggi, atau yang lainnya, saat itu di posisi apa pun, Anda selalu bisa mengatakan bahwa “Saya pernah hidup di desa terpencil dan mengabdi untuk bangsa ini”; hari ini kita bisa dengan mudah menghitung berapa banyak kalangan sipil yang sanggup mengatakan kalimat itu. “Saya menggugah, sekaligus menantang Anda. Saya mengajak Anda untuk bergabung bersama Indonesia Mengajar. Menjadi bagian dari ikatan untuk membangun Indonesia kita”.

Meski saya bukan pendidik. Bukan lulusan dari fakultas keguruan. Tapi saya tertarik. Walaupun modal terbesar saya hanyalah keinginan berbagi dan menularkan spirit buat anak-anak Indonesia. Saya pun berencana akan mengikuti program tersebut.

Lagi-lagi, saya merinding sekujur tubuh. Pak anies seperti mencolek hati saya melalui tulisan beliau yang berjudul:

Hari Keberangkatan Pengajar Muda.**

Pagi tadi langit masih agak gelap. Tepat pukul 05.20 Pengajar Muda resmi dilepas di Bandara Soekarno-Hatta. Di bandara yang membawa nama pahlawan proklamator Indonesia dan di hari saat republik tercinta merayakan Hari Pahlawan.

Hari ini Pengajar Muda berangkat. Hari ini usai sudah gemblengan tujuh minggu, gemblengan kepemimpinan dan kepengajaran.

Bandara ini dinamai Soekarno-Hatta. Dua tokoh ini sesungguhnya memiliki peluang untuk meniti karier di bidangnya, hidup nyaman, dan sangat sejahtera untuk dirinya dan untuk keluarganya.

Tapi mereka memilih untuk berjuang; pembuangan dan penjara bukan halangan. Mereka berjuang membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tanda pahala mereka kini langgeng menempel di setiap jiwa Indonesia.

Pagi ini di bandara yang membawa nama pahlawan inilah para Pengajar Muda meninggalkan kenyamanan kota. Mereka anak-anak usia muda. Mereka cerdas dan berprestasi. Mereka memancarkan potensi kepemimpinan yang solid. Peluang materi besar yang ada di hadapannya mereka tinggalkan.

Mereka tanggalkan pekerjaan mapan mereka, mereka lepaskan peluang kerja bergaji tinggi. Anak-anak muda terbaik ini memilih berangkat ke pelosok Indonesia. Di Hari Pahlawan ini mereka memulai langkah menjadi guru SD di desa-desa terpencil.

Menjadi guru itu mulia. Menjadi guru itu wajar. Dan, adanya guru di pelosok negeri itu biasa. Tetapi kali ini kita melihat fenomena yang berbeda. Anak-anak muda terbaik meninggalkan kemapanan kota, melepaskan peluang karier dan melewatkan semua kenyamanan lalu memilih menjadi guru SD di desa-desa tanpa listrik.
Berangkatnya mereka ke desa terpencil untuk mengajar bukanlah sebuah pengorbanan, itu adalah sebuah kehormatan, kata Abah Iwan Abdurrahman. Mereka mendapatkan kehormatan untuk melunasi sebuah janji kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa.

51 Pengajar Muda ini hadir dan membuat nuansa yang berbeda tentang Indonesia. Sejak Gerakan Indonesia Mengajar diumumkan bulan Mei 2010 kita seakan ditunjukan dengan wajah lain tentang anak-anak muda Indonesia.

Sejak awal sudah jelas-jelas dinyatakan bahwa program ini akan menempatkan anak-anak muda di pelosok negeri, yang sebagian besar belum terjamah listrik ataupun sinyal telepon selular. Tapi tantangan itu justru dijawab secara kolosal. Ada 1.383 anak muda menyatakan siap untuk jadi guru di daerah terpencil.

Mereka menulis essai yang sangat menggugah. Mereka beberkan alasan mengapa mereka siap, sanggup dan ingin sekali menjadi guru di pelosok negeri. Mereka seakan menuliskan: Indonesia, aku ingin mengajar. Kami tertegun!

Selama proses seleksi, dipampangkan di depan kita deretan anak-anak muda Indonesia yang cerdas, tangguh, kreatif, idealis dan ingin berjuang. Mereka membuktikan bahwa republik ini tidak berubah, ibu-ibu di republik ini tetap melahirkan pejuang, ibu kita tetap melahirkan anak-anak promotor kemajuan. Mereka adalah bukti otentiknya. Kami takjub dan tergetar.

51 Pengajar Muda memilih untuk mengabdi di ujung negeri, menjadi guru dan tinggal bersama masyarakat biasa. Rakyat di pelosok sana sudah hapal janji kemerdekaan, tapi kita tak kunjung melunasi janji itu.

Hari ini mereka berangkat. Tidak mudah apa yang akan mereka akan lalui selama satu tahun ke depan, tetapi semua yang sulit sesungguhnya adalah pelajaran hidup. Dan when the going gets tough, the tough gets going; mereka tangguh dan insyaAllah mereka akan lewati dengan kesungguhan.

Saya pernah sampaikan, sukses itu sering bukan karena berhasil meraih sesuatu tetapi karena berhasil menyelesaikan dan melampaui tantangan dan kesulitan.

Dan untuk teman-teman Pengajar Muda, hari ini adalah saatnya. Saat meneguhkan niat serta menguatkan kemauan luhur itu. Izinkan anak-anak SD di pelosok itu mencintai, meraih inspirasi dan berbinar menyaksikan kehadiranmu.

Setelah selesai program ini maka label Pengajar Muda akan menempel seumur hidup. Anda kenal dan bagian dari rakyat jelata. Anda pernah hidup bersama mereka di pelosok sana, dan yang terpenting adalah anda sebagai anak-anak muda terbaik ini telah ikut –sekecil apapun- mendorong kemajuan, mengubah masa depan mereka jadi lebih cerah.

Jejak kalian di desa-desa terpencil itu akan dicatat dengan pahala, akan ditandai dengan peluk persaudaran dan bersemai di kenangan anak-anak desa hingga generasi mendatang. Kelak, setiap anak-anak desa itu berhasil meraih mimpinya, maka pahala kalian selalu ada didalamnya.

Teman-teman Pengajar Muda tercinta, teguhkan niatmu. Datangilah desa-desa terpencil itu dengan keikhlasan, dengan rendah hati, dengan kesantuan, dengan kasih sayang. Sambutlah kehadiran anak-anak SD itu di kelasmu dengan rasa cinta, belai rambut mereka dengan kasih, tatap wajah polos mereka dengan pancaran senyum dan berikan yang terbaik darimu untuk mereka.

Izinkan anak-anak SD di desa-desa terpencil itu berbinar melihatmu, belajar untuk maju darimu, mencintai ilmu darimu dan memandangmu sebagai visualisasi mimpi mereka dan visualisasi mimpi orang tua mereka.

Izinkan mereka bermimpi bisa meraih apa-apa yang anda sudah raih. Tebarkan kesabaran, tumbuhkan pengetahuan, dan tanamkan ketangguhan berjuang di dada mereka.

Teman-teman Pengajar Muda tercinta, samudra peluang mengabdi itu ada di hadapanmu. Arungi dengan semangat, arungi dengan optimisme, arungi dengan pengetahuan.

Dan kelak kembalilah dengan berderet tanda pahala di pundakmu. Pahala langgeng dan kenangan permanen yang bisa kalian ceritakan sampai pada anak-cucu nanti.

Saya tulis ini semua dengan rasa haru, rasa bahagia, rasa bangga, dan dengan gelora optimisme. InsyaAllah, Indonesia kita akan menjadi lebih baik, lebih maju lewat langkah-langkah kecil ini.

Gema syair lagu Padamu Negeri yang dinyanyikan oleh 51 Pengajar Muda tadi pagi di Bandara Soekarno-Hatta seakan menggema di ruang kerja ini.

Bersyukur sekali, akhirnya di Hari Pahlawan kali ini ditaqdirkan menyaksikan dan melepas para pejuang. Di Hari Pahlawan ini, satu langkah kecil diayunkan untuk ikut melunasi sebuah janji kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga keihklasan selalu menjadi bagian dari ikhtiar ini.

Saya jabat satu per satu. Jabat dengan erat. Saya tatap mata mereka. Bening mata kita, ada ambangan air menyerupai cermin. Tak ada banyak kata yang diucap. Hati kitalah yang saling berjawab. Selamat jalan teman-teman Pengajar Muda. Selamat berjuang.

Padamu negeri kami berjanji…
Padamu negeri kami berbakti…
Padamu negeri kami mengabdi…
Bagimu negeri jiwa raga kami…

...

Air mata saya juga mengambang. Seolah saya juga sedang bertatapan dengan pak anies. Membuat saya semakin jeolous saja. Iri hati, kapan saya juga akan berbuat demikian. Bertambah parah saja keinginan saya mengikuti program tersebut.

Seperti biasa, keinginan itu menjadi buah bibir dibenak saya. siang-malam tak henti-hentinya berimaji menjadi bagian dari Pengajar Muda.

Namun beberapa hari kemudian saya mengurungkan niat saya. Alasannya adalah tiba-tiba saja pikiran saya menyeruak di kampung halaman. Pikiran ini tak henti-hentinya menggambarkan kondisi kampung masa kecil saya, lingkungan, dan anak-anak di sekitar rumah saya. entahlah, ada kegelisahan dikampung kecil saya. Dan pikiran saya kembali gelisah. Sepertinya harus ada yang saya lakukan untuk “negeri kecil” saya. Negeri kecil atau kampung saya butuh figur yang menginspirasi terutama untuk anak-anak. Mungkin saya tak pantas untuk jadi inspirasi mereka. Tapi, jika saya harus menunggu orang lain untuk menjadi inspirator, KAPAN? Saya sudah tak “betah” lagi! Saya harus mulai saat ini. Mulai dari diri saya. Saya ingin bangun kampung ini, melalui berbagi sesuatu dengan anak-anak. Berbagi ilmu, berbagi cerita hidup, berbagi buku, berbagi semangat, berbagi cinta dan berbagi mimpi. Saya percaya kata Lennon, a dream you dream alone is only a dream, but a dream you dream together is reality. Dan saya sedang mencoba mempercainya dan akan terus mempercayainya bahwa keyakinan ini benar adanya.

Jika anak-anak “Indonesia Mengajar” akan menginspirasi anak-anak di kampung orang, saya akan berusaha terus memberi semangat pada diri dan terus semangat menyemangati orang lain: menginspirasi anak-anak dikampung kecil saya. Karena saat ini, mereka “butuh” saya. inilah hal kecil yang mungkin dapat saya lakukan.


*/** diunduh dari

www.IndonesiaMengajar.com

tertanggal 18.08.2011/ 09:44 am



gambar dari:ariffst.wordpress.com


No comments:

Post a Comment