Monday, October 4, 2010

snow girl



Yang harus dilakukan seseorang dalam mimpi-mimipinya, hanyalah meyakininya. Karena Tuhan pasti memeluk erat mimpi-mimpi hambaNya. Dan karena Tuhan itu adalah menurut prasangka tiap makhlukNya. Maka tunggulah dengan sabar ketetepan Tuhan atasmu.


Tepatnya kapan,aku lupa. Lupa kalau aku punya mimpi tentang keinginan merasakan sesuatu yang berwarna putih, bersih dan dingin jika menempel dikulit. Sesuatu yang turun dari langit yang biru. entah apakah ini layak disebut mimpi, atau hanya sekedar keinginan sesaat—pada waktu itu. Yaaa, kurasa ini hanya keinginan masa kecil. Mimpi—memeluk salju. Mimpi tinggal di negeri berselimut salju. Mimpi memakai baju-baju tebal untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya cuaca bersalju. Bermimpi jika aku berada dinegara yang bersalju, asyik kali ya, kalau ngomong mulutku mengeluarkan sesuatu yang berwarna putih,atau lebih tepatnya semacam asap rokok—kali ini asapnya tak menyebabkan gangguan paru-paru, jantung, rahim dan impotensi. Aku menyebut asap itu dengan sebutan, kabut tipis ajaib. Ajaib kupikir—sebab biasanya kabut berasal dari cuaca dingin alam semesta yang menguap. Ilmiahnya, definisi ini aku ambil dari kak wiki—wikipedia, kabut adalah uap air yang berada dekat permukaan tanah berkondensasi dan menjadi mirip awan. Hal ini biasanya terbentuk karena hawa dingin membuat uap air berkondensasi dan kadar kelembaban mendekati 100%. Ah, aku sedikit tak paham, jika harus berkata ilmiah. Si kabut tipis ajaib yang satu ini keluar dari mulut harimau kita;-P

Mimpi kecil itu tiba-tba saja menguap kembali. Seperti detik ini. Detik yang tiba-tiba saja memaksaku merindukan salju itu. Tak henti-hentinya otakku dipaksa menceritakan kembali, kapan, dimana, kenapa dan apa yang membuatku menyukai salju. Kapan—mungkin tepatnya saat aku berusia 5 tahun. Spesifiknya, sebuah film jepang lah yang membuat mimpi memeluk salju itu muncul. OSHIN, itu judul film yang aku tonton waktu kecil. Film yang menceritakan seorang gadis cilik Jepang, bernama oshin yang berjuang melawan hidup miskin, hingga akhirnya ia berhasil menjadi pengusaha wanita yang sukses di Jepang.

Seperti kita ketahui oshin adalah film jepang. Oleh karena itu dalam film tersebut tak hanya sebuah kisah atau cerita yang disajikan untuk para penikmat film. Sebuah budaya jepang juga mereka tawarkan. Tak hanya budaya, seluk-beluk dari hal-hal kecil tentang Jepang, semua tersaji dalam film ini. Makanan, pakaian, bentuk rumah, ciri-ciri orang jepang; warna kulit, dan mata sipit, sudah kukenal sejak usia lima tahun. Tak kalah menariknya buat mata ku , hingga tak melewatkan sedetikpun, SALJU yang turun mengiringi tiap adegan film ini. Entah kenapa, salju itu sungguh menarik perhatianku. Dari sinilah, aku menyukai salju. Dan hingga akhirnya, akupun menyukai negeri dimana Oshin berada. iYa! Aku menyukai Jepang.

Kisah kedua, yang membuat ku semakin menyukai salju ketika bapak dan satu tim divisi mesin ditugaskan ke negeri Nippon itu. Sebuah tugas dari kantor untuk beberapa bulan kedepan, yang kebetulan perusahaan kapal, tempat bapak bekerja, sedang berlayar ke Jepang. Sayang, aku tak paham secara jelas untuk tugas apa di jepang. Yang aku tahu dan yang masih dapat kuingat serta menjadikan sebuah bukti keberadaannya disana adalah, foto bapak sedang berjabat tangan dengan seorang calon kepala propinsi di Jepang yang sedang berkampanye di swalayan-swalayan lokal Jepang, foto-foto dengan jaket tebal dan payung-payung ciri khas jepang yang bersalju. Dan tentu saja cerita-cerita bapak tentang pengalamannya di Jepang dan beberapa souvenir cantik asli Jepang yang dibawa ke Indonesia. Ini cukup menjadi bukti buatku, bahwa bapak pernah tinggal beberapa waktu di negeri orang-orang bermata sipit itu. Inilah yang membuat saya semakin menyukai salju-salju jepang. Usia ku saat itu sudah 7 tahun. Sepertinya, usia 5-7 tahun mimpi ku masih berkelanjutan alias tak berjeda oleh apapun dalam proses menyukai salju.

Dan semua terhenti, atau lebih tepatnya mimpi memeluk salju tak sengaja terkubur oleh keinginan atau mimpi-mimpi yang lain. Seiring usia yang bertambah dan keinginan yang berubah-ubah dan atau aktivitas sekolah yang semakin banyak; mimpi-mimpi itu semakin tenggelam tertelan bumi. Bumi menelannya? Benarkah? Ah,Tapi kupikir, tak begitu dengan langit. Aku percaya Langit. Dan tentunya si penghuni abadi Arsy. Ia masih mengingat dan akan terus mengingat mimpi kecil si gadis polos. Aku—bagai punguk merindukan bulan. Iya. Jujur aku akui. Saat ini, aku benar-benar menrindukan salju. Putih, bersih, bagai hujan yang dinginnya menyengat tubuh mungilku.

Aku rindu.

Seperti sore ini, mimpi yang tertelan bumi itu, mimpi yang hampir terlupa, kini tiba-tiba hadir begitu saja. Serasa si empunya Langit memberi kabar menggemparkan hati. Dalam imajinasiku, seolah langit bersabda. Dan terjadilah percakapan ilusi;

Hai, kau! mimpi kecilmu kirim salam, kata langit.

Salam? Kataku bertanya.

Iya,salam. Salam Salju, dia menambahkan.

mimpi kecil? Siapa itu? Dan,Salam salju? Apa Maksudnya, tanyaku heran.
Kudengar langit tertawa, atas keherananku. Ketawanya yang gurih, menambah keherananku. tapi tiba-tiba, entah kenapa aku menyukai suara langit ini. Sangat menyukainya. Terasa menyejukkan kalbu.

Aku diutus tuk sampaikan salam salju untukmu dari yang menciptakanmu dan aku, kata suara langit menggema.

Aku mencoba bertanya (kali ini dengan kesejukan hati menyebar keseluruh tubuh) kepada langit, salam salju dariNya?aku masih tak paham. Bisa kau jelaskan lagi lebih detil lagi?.

Langit berkata, aku tak tahu apa maksudnya. Tugasku, hanya menyampaikan pesan dua kata itu untukmu. Salam salju, begitu kataNya. KataNya, kau akan tahu pada waktunya. Sekarang yang harus kau lakukan adalah, yakin dan tersenyumlah.

Mimpi kecil. Salam salju, siapa mereka tanyaku dalam hati.

Yakin dan tersenyumlah.
Apa lagi ini?! Makna nya masih benar-benar terkunci gembok baja.

Kutatap langit biru, kucari-cari, dimana gerangan suara itu berasal. Dan tiba-tiba saja sunyi, hening, tak sebersitpun suara yang muncul kepermukaan semesta.

Aku tertunduk.
Diam.

Namun, tak henti-hentinya otak kecil ini melayang-layang memikirkannya
Kali ini aku tak sedang bermimpi
Apa tuhan yang sedang ber ”mimpi”?
Ah, ini hanya sebuah Ilusi tingkat tinggi
Tapi kenapa, masih terselip yakin ditengah lingkaran keraguan
Ah…


Suatu saat nanti, untuk yang kedua kalinya
Mimpiku adalah mimpi tuhan yang terwujud
… … … …
Bukan sebuah kebetulan.















Cheers;-) enha.

Senyumku,kembalilah..




Senyumku terbang menghilang bak diterpa mendung hitam pekat
Tak berbekas

Senyumku melesat menghilang bak kilat kuda surga, bouroge
Tak berjejak

Senyumku mengurai tak membentuk sudut apapun,
Hilang makna

Senyumku beberapa waktu lalu, aku tak menemukan aslinya
Aku sendiri kehilangan akal mentafsirnya
Ku dibuat lupa oleh penafsiranku sendiri
Lupa akan puisi senyum yang telah dengan payah tangan ini susun
Haruskah berdiri terus seperti ini?
Berdiri tanpa senyum sedikitpun

Buat apa!

Kalau sesungguhnya keadaan sudah terbiasa buatmu sejak kecil
Melawan keterbatasan
Lelah ini hanya sementara
Tetap dengan senyum katakan pada dunia yang sombong ini,
Aku akan tetap mencari seulas senyum bersama Tuhan











cheers, enha.