Monday, February 14, 2011

kangen rosul




Muhammad.
mengenalmu tak kalah menyenangkannya dengan mengenal Tuhan

Muhammad.
Mengenalmu jauh menitikan airmata daripada mengenali diri

Muhammad.
Kau membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya

Muhammad.
Kau tahu dimana pertama kali aku mengenalmu—di rumah kecilku, dan kau tau dari siapa aku mengenalmu—dari mulut-mulut baik ayah-ibuku lewat lantunan sholawat buatmu.

Muhammad,
Apakah kau ingin tahu lebih jauh lagi? Bagaimana aku bisa mengenalmu dan mengakrabi namamu dalam hatiku, serasa telah lama bertemu –melebihi usiaku.

Muhammad,
setelah dari darah dagingku dan rumah kecil tempatku dilahirkan, aku mengenalmu dari rumah tuhan—lewat mulut-mulut baik para guru ngaji.

Muhammad,
Mereka semua bertutur baik tentangmu. Serasa Kau ada di depan mata dan hidup berdampingan denganku.

Tapi, ya Muhammad…
Ketika aku beranjak dewasa, begitu banyak caci-maki sesamaku tentangmu
Apalagi sekarang, zaman sudah tak lagi berada dalam lingkaran masamu. Saat engkau telah jauh meninggalkanku berabad-abad.

Muhammad,
Terkadang aku sakit hati, jika mendengar hal-hal buruk apapun yang mereka labelkan pada nama agungmu. Aku tak terima, muhammad. Terkadang juga ingin rasanya membalas menghujat mereka. Tapi aku memilih diam. Seperti katamu, mereka hanya tak mengenalmu saja. Tak tahu hal yang sebenarnya tentangmu. Dan nasihat inilah, yang membuatku memilih cara lain untuk membalasnya.

Muhammad,
Kau tau, bagaimana aku membalasnya. Tetap bersikap santun, tetap menjadikanmu suri tauladan dan tetap menyebarkan (memberikan contoh) ajaran-ajaran kebaikan yang telah kau ajarkan. Meski semua itu hanya aku yang mentasbihkannya sebagai balasan yang arif.

Muhammad,
Memang aku akui, tak semua memilih seperti itu. Sebagian dari umatmu yang sakit hati membalas dengan sikap Anarki atau kekerasan. Kau tahu, aku sedih melihat ini. Lebih sedih ketika mendengar namamu dan sosokmu dihinakan. Karena menurutku, sikap anarki atau kekerasan (membalas menghujat) yang ditunjukan sebagian dari saudaraku, menjadikan nama agung dan indahmu bertambah luka. Sikap anarki akan menimbulkan pandangan yang lebih buruk tentangmu. Dan menjadikan mereka semakin menjadi-jadi untuk memperburuk biografi hidupmu. Semoga kau memaafkan kami.

Muhammad,
Jujur, aku harus sadar. Bahwa saat ini kita sungguh ber-j-a-r-a-k.

Muhammad,
Iya. Ber-J—A—R –A –K, muhammad,

Ber-J—A—R—A—K.

Dan jarak ternyata membuatku menyadari sesuatu, sesungguhnya aku belum begitu mengenalmu. Terlihat jelas dari sifat dan sikapku, jauh dari sifat dan sikap yang ada dalam teladanmu.

Kenapa aku jadi menyalahkan JARAK?
Inikah yang menyebabkan kita semua mempunyai sudut pandang berbeda tentangmu. Atau hanya karena kami kurang mengenalmu.

Muhammad,
Sungguh aku merindukanmu, kekasih.

Muhammad Kekasihku,
sungguh aku tak malu menyebutmu demikian seperti aku malu menyebut lelaki lain sebagai kekasih.

Muhammad,
Meski saat ini aku hanya bisa memandangi namamu melalui kaligrafi—karya tangan-tangan yang mencintaimu.

kangen sosokmu rosul...
menatap jauh punggungmu
aku disini
tetap menatap
dan
iqra'

kangen rosul...














Tabik, enha.

No comments:

Post a Comment